SEMARANG – Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) menjadi tuan rumah audiensi antara Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Prof. Dr. Ir. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., dengan perwakilan perguruan tinggi se-Jawa Tengah. Acara ini dihadiri oleh 39 perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Kegiatan ini diawali dengan sambutan oleh Prof. Dr. Pulung Nurtantio Andono, S.T., M.Kom. yang menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan institusi pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan inovasi di Indonesia. Selanjutnya, Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi, Prof. Dr. Ir. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., dalam sambutannya menegaskan bahwa PTN dan PTS merupakan garda terdepan dalam mencetak generasi unggul.
“Negara maju memiliki industri berbasis high technology. Namun, kita masih menghadapi tantangan Middle-Income Trap karena top manajemen kita kalah dengan top achievement dari negara lain. Padahal, orang-orang hebat dilihat dari sisi pencapaian mereka. Oleh karena itu, penguatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) bisa menjadi kunci dalam meningkatkan kekayaan dan daya saing bangsa,” ujar Prof. Dr. Ir. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D..
Diskusi dalam audiensi ini dipandu oleh Prof. Supriadi Rustart dengan menghadirkan narasumber seperti Prof. Khairul Munadi dan Bapak Widyo Handoko. Salah satu topik utama yang dibahas adalah ketimpangan jumlah mahasiswa di PTS dibandingkan dengan PTN, yang berdampak pada pemerataan akses pendidikan tinggi. Selain itu, hibah penelitian juga menjadi sorotan, di mana para akademisi mendorong peningkatan dana riset agar inovasi di perguruan tinggi lebih berkembang.
Salah satu poin menarik yang dibahas adalah pentingnya passive income bagi para peneliti melalui royalti dari hasil penelitian mereka. “Jika industri berkembang, maka riset di perguruan tinggi pun akan semakin maju,” ungkap salah satu peserta diskusi. Selain itu, isu pemangkasan program Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) juga dibahas dalam forum ini. Rektor Universitas Diponegoro (Undip) menyampaikan bahwa kebijakan ini harus dipertimbangkan dengan matang agar tidak menghambat akses pendidikan bagi mahasiswa kurang mampu.
Menutup sesi diskusi, perwakilan dari Politeknik Negeri Semarang (Polines) menegaskan bahwa keberhasilan sejati bukanlah tanpa menghadapi tantangan, melainkan mampu sukses meskipun menghadapi berbagai rintangan. “Kita berhasil tanpa menghadapi masalah itu biasa, tapi berhasil dengan menghadapi masalah, itu baru luar biasa,” ujar perwakilan Polines.
Audiensi ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi peningkatan kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi dalam memperkuat peran iptek sebagai pilar utama kemajuan bangsa.